Fatimah Binti Muhammad

Fatimah Binti Muhammad

Fatimah binti Muhammad Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam.


Fatimah, demikian namanya dikenal. Nama tersebut dilekatkn oleh ayahnya, Abul Qasim Muhammad bin Abdulloh bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Beliau adalah ibu Hasan dan Husain serta penghulu para wanita di alam semesta ini. Terlahir menjelang tahun di utusnya Muhammad sebagai nabi yang Allah utus sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagian ahli sejarah mengemukakan lahirnya pada tahun ketika kaum Quraisy membangun Ka`bah.


Perjalanan kehidupannya
Menikah dengan seorang sahabat, Ali bin Abu Thalib, anak paman Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam sekaligus anak angkat beliau. Pernikahan berlangsung pada Dzul Qa'dah tahun 2 H, setelah perang Badr. Saat itu usia Fatimah sekitar 13 tahun. Dalam kelembutannya Fatimah menyimpan sufat pemberani. Hal ini terbukti, salah satunya, saat sebagian kaum Quraisy mengganggu Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam yang tengah shalat di dekat Ka’bah. Saat itu Abu Jahal dan teman-temannya duduk-duduk di sekitar Ka`bah. Sebagian berkata kepada yang lain, “Siapakah yang bisa mendatangkan kantong tempat berkembangnya bayi atau kotoran yang berada dalam perut onta milik bani Fulan untuk diletakkan di punggung Muhammad apabila dia sujud?!” Berangkatlah orang yang paling jahat di antara mereka untuk mencari barang tersebut. Begitu Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam sujud, orang tersebut segera meletakkan barang tadi di punggung beliau. Sementara itu Abdullah ibnu Mas’ud hanya bisa melihat pemandangan tersebut tanpa kuasa untuk mencegahnya. Mereka tertawa terbahak-bahak hingga badan mereka bergoyang-goyang. Akibatnya Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam tetap sujud tidak bisa mengangkat kepalanya, hingga datanglah Fatimah, putrinya, kemudian mendekat, lalu mengambil kotoran tersebut dari punggung ayahnya. Baru Rasululloh mampu bangun dari sujudnya. Hal ini selengkapnya dicatat oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya pada Kitabul Wudhu berdasar kesaksian Abdullah ibnu Mas'ud.
Di samping itu Rasulullah juga punya sifat pemalu. Dikisahkan, pada suatu hari Ali bin Abu Thalib berkata kepadanya, “Demi Allah! Aku telah menimba air dari sumur hingga dadaku terasa sakit, sementra bapakmu telah dikaruniakan oleh Allah l banyak tawanan perang (sebagai budak).

 Cobalah berkunjung pada bapakmu dan mintalah seorang budak untuk membantu kita!” Fatimah menimpali, “Demi Allah! Aku juga telah membuat adonan untuk roti (thahinah), hingga kedua tanganku menjadi memar.” Fatimah pun menemui bapaknya, Nabi Muhammad Shollahu 'allahi wa Salam. Beliau menyambutnya seraya berkata, “Ada berita apa wahai putriku?” Fatimah menjawab, “Aku datang untuk mengucapkan salam kepadamu.” Fatimah malu untuk menyampaikan permintaan suaminya kepada Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam. Akhirnya pulang. Sesampai di rumah Ali bertanya, “Bagaimana hasilnya?” Fatimah menjawab, “Aku malu menyampaikan permintaanmu kepadanya.” Kemudian keduanya bersama-sama menemui Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam. Ali berkata, “Demi Allah! Aku telah menimba air dari sumur hingga dadaku terasa sakit.” Fatimah menimpali, “Demi Allah! Aku juga telah membuat adonan untuk roti (thahinah), hingga kedua tanganku menjadi memar, sementara itu Allah telah memberikan kepadamu beberapa tawanan. Berikanlah kepada kami salah seorang di antara mereka, untuk membantu pekerjaan kami!” Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam menjawab, “Demi Allah! Aku tidak akan memberikan budak-budak tersebut kepada kalian, apakah aku akan membiarkan para ahli suffah (sahabat yang tinggal di serambi masjid Nabawi, karena tidak punya rumah dan keluarga) dalam keadaan kelaparan, sementra aku belum mempunyai sesuatu yang bisa diberikan kepada mereka. Karena itu aku akan menjual mereka dan hasilnya akan kubelanjakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.” Keduanya pun pulang dengan tangan hampa.

 Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam kemudian mengunjungi keduanya. Beliau bersabda, “Maukah kalian aku berikan sesuatu yang lebih baik daripada permintaan kalian?” Keduanya bersedia. Lalu Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam bersabda, “Jibril menyampaikan kepadaku sebuah amalan, yaitu ucapkanlah tasbih (Subhaanallooh) sebanyak 10 kali sehabis shalat, lalu tahmid (alhamdulillaah) sebanyak 10 kali, dan takbir (Allah Akbar) juga sebanyak 10 kali. Jika kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali, tahmid sebanyak 33 kali, dan takbir sebanyak 34 kali.” Ali berkata, “Aku tidak meninggalkan amalan ini, semenjak Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam mengajarkan kepada kami!”
Fatimah dikaruniai seorang putra, Hasan, setelah perang Uhud. Disusul dengan Husain, Muhsin, Ummu Kultsum yang menjadi istri dari Umar bin Khaththab Radiyallah huahu, dan Zainab.

Keutamaannya
Beliau banyak belajar dari ayahnya, Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam. Ikut meriwayatkan hadits darinya. Sahabat yang mengambil hadits Rasulullah dari riwayat Fatimah di antaranya, Hasan, Husain, Aisyah, Ummu Salamah, dan Anas bin Malik.
Nabi Shollahu 'allahi wa Salam sangat mencintainya, memuliakannya dan berusaha menyenangkan hatinya. Beliau adalah seorang perempuan yang penyabar, lembut, qana’ah, dan selalu bersyukur kepada Allah l. Di antara bentuk kecintaan Nabi Shollahu 'allahi wa Salam kepada Fatimah, tatkala Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam mendengar berita bahwa Ali bin Abu Thalib melamar putri Abu Jahal. Saat itu Nabi berkata, “Aku tidak mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan, tetapi tidak akan berkumpul putri nabiyullÃ¥h dengan putri musuh Allah. Fatimah adalah keluargaku dan akan menyakitiku apa-apa yang menyakitinya!”
Tatkala Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam meninggal dalam kesedihannya Fatimah berujar, “Wahai ayahku, Rabb telah mengabulkan doa. Wahai ayahku, surga Firdaus adalah tempat kembalimu!”
Ibnu Abbas menceritakan bahwa menurut Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam perempuan yang paling utama dari penduduk surga adalah Khadijah dan Fatimah. Dalam riwayat lain ditambahkan Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzakhim istri Fir`aun.

Wafatnya
Aisyah x menuturkan bahwa Fatimah meninggal pada hari selasa bulan Ramadhan tahun 11 H, pada usia sekitar 27 tahun, enam bulan setelah wafatnya Rasulullah Shollahu 'allahi wa Salam. Jenazahnya dikuburkan pada malam hari oleh suaminya Ali, Fadhl dan al-Abbas.

Sumber : Fatawa PP Islamic Centre Bin Baz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar