JUJUR
Saya pernah menjadi pengawas ujian untuk mahasiswa.
Kebetulan hari itu adalah hari Kamis. Sebenarnya hari Kamis adalah hari libur.
Tetapi kami terpaksa mengadakan ujian pada hari itu karena padatnya mata kuliah
yang harus diujikan.
Beberapa menit setelah ujian di mulai, tiba-tiba seorang
mahasiswa datang terlambat. Mahasiswa yang malang ini terlihat sangat gugup.
Saya berkata kepadanya: “Maaf, kamu terlambat dan aku
tidakakan mengizinkan kamu mengikuti ujian.”
Lalu dia memohon kepada saya agar saya mengizinkan-nya.
“Kenapa kamu terlambat?” tanya saya. Dia menjawab: “Demi
Allah, Pak Doktor! Saya keenakan tidur!”
Saya kagum dengan kejujurannya dan saya berkata: “Masuklah!
Silakan mengikuti ujian!”
Beberapa menit kemudian ada mahasiswa lain yang datang.
“Kenapa terlambat?” tanya saya.
Dia menjawab: “Pak, demi Allah, jalannya maaaacet sekali.
Anda tahu bahwa di pagi hari semua orang berangkat ke tempat kerja
masing-masing. Ada
yang ke kampus. Ada
yang ke perusahaan. Ada
yang.... la sebutkan satu persatu untuk meyakinkan saya bahwa jalannya macet.
Tapi mahasiswa yang malang
ini lupa bahwa hari itu adalah hari libur bagi para pegawai. Dan boleh jadi di
jalan tidak ada orang lain selain mahasiswa kami.
“Jadi, jalan raya macet dan penuh dengan mobil?!” kata saya.
Dia menjawab: “Demi Allah, Pak! Subhanallahl Sepertinya
Anda tadi bersama saya.”
Saya berkata: “Hai anak pintar! Kalau kamu mau berbohong,
berbohonglah yang rapi. Hari ini adalah hari Kamis. Berarti tidak ada pekerjaan
dan tidak ada pegawai yang berangkat kerja. Dari mana kemacetan itu?"
Dia berkata: “Oooh! Saya lupa, Pak! Ban mobil saya kempes,
lalu saya berhenti untuk menggantinya.”
Mahasiswa yang malang
ini sangat gugup dan kelabakan. Saya tertawa dan menyuruhnya masuk ke ruang
ujian.
Memang, alangkah jeleknya bila orang lain mengetahui bahwa
Anda berbohong kepadanya.
Kebohongan akan menjauhkan orang dari Anda dan membuat anda
kehilangan kepercayaan dari mereka. Sehingga mereka tidak percaya lagi kepada
Anda.
Kalau mereka punya masalah, mereka tidak akan mengadu kepada
Anda. Dan kalau Anda membicarakan sesuatu, mereka tidak akan mau mendengarnya.
Alangkah buruknya kebohongan itu.
Rasulullah e bersabda:
يُطْبَعُ اْلمُؤْمِنُ عَلَى
اْلخِلاَلِ كُلِّهَا إِلاَّ اْلخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
“Orang beriman itu
diciptakan dengan segala macam sifat kecuali khianat dan dusta.”( Diriwayatkan
oleh Muslim)
Kemudian beliau ditanya: “Ya Rasulullah, mungkinkah orang
beriman itu menjadi penakut?”
“Ya,” jawab beliau.
Lalu beliau ditanya: “Mungkinkah orang beriman itu menjadi
kikir?”
“Ya,” jawabnya.
Kemudian beliau ditanya: “Mungkinkah orang beriman itu
menjadi pendusta?”
Beliau menjawab: “Tidak!”( Diriwayatkan
oleh Malik dalam Al-Muwaththa dengan sanad mursal.)
Abdullah bin Amir berkata: “Suatu hari aku dipanggil
oleh ibuku, sementara Rasulullah e duduk di rumah kami. “Hai, kemarilah! Aku
mau memberimu sesuatu!” kata ibu. Lalu Rasulullah e bertanya kepadanya: “Apa
yang mau kau berikan padanya?”" “Aku mau memberinya kurma,” jawabnya.
Kemudian Rasulullah e bersabda kepadanya: “Sungguh, kalau seandainya kamu tidak
memberinya sesuatu, maka kamu akan dicatat berbohong satu kali.” (
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan.)
Dan ketika beliau mengetahui bahwa salah satu keluarganya
berbohong satu kali, maka beliau akan terus berpaling darinya.
Dalam banyak kasus sebagian orang sengaja berbohong untuk
memberikan kesan bahwa dirinya lebih besar daripada kenyataan yang ada.
la berbohong pada kisah-kisah heroik yang dikarangnya dan
kejadian-kejadian yang diciptakannya.
Atau menambahkan sesuatu pada kisah-kisah yang
disampaikannya untuk mempermanis alur ceritanya.
Atau mengaku mempunyai hal-hal tertentu, padahal ia
berbohong. Sehingga ia menjadi kenyang dengan sesuatu yang tidak pernah dia
berikan.
Terkadang Anda menjumpai seorang pembohong yang berjanji dan
tidak menepati. Atau menutup-nutupi sesuatu dengan mengarang bermacam-macam
alasan. Tapi tidak lama kemudian publik mengetahui kebohongannya.
Imam Az-Zuhri pernah berdiri di depan penguasa untuk
memberikan kesaksian atas sesuatu.
Lalu sang penguasa berkata: “Kamu berbohong!”
Az-Zuhri langsung berteriak: “A'udzu billah! Aku
berbohong?! Demi Allah, seandainya ada suara dari langit yang mengatakan: “Sesungguhnya
Allah telah menghalalkan berbohong, niscaya aku tidak akan berbohong. Jadi,
mana mungkin aku berbohong, sedangkan bohong itu diharamkan?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar