ASAL MUASAL MUNCULNYA HANTU

ASAL MUASAL MUNCULNYA HANTU 

ASAL MUASAL MUNCULNYA HANTU

Keberadaan hantu di alam nyata ini rasanya sulit untuk tidak dipercaya. Berita kesaksian orang-orang yang pernah menjumpai hantu sudah tidak terhitung lagi. Di antara hantu yang paling populer gemar menakut–nakuti orang di negri ini sebutlah hantu Pocong, Genderuwo, Kuntilanak, dan Sundel Bolong.
Kalau di Eropa barang kali yang populer adalah hantu Vampire atau Drakula. Di Arab sana hantu yang terpopuler adalah hantu Ghoul, yang kerjanya gemar menyesatkan musafir di tengah padang pasir.

Allah Subhanallahu wa ta'ala mengabarkan keberadaan hantu Ghoul tersebut di dalam al-Quran. Allah mengibaratkan orang yang murtad dari agama ini layaknya orang yang disesatkan oleh hantu Ghoul. Allah ta'ala berfirman,

قُلْ أَنَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَالاَيَنْفَعُنَا وَلاَيَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي اْلأَرْضِ حَيْرَانَ

Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung,…” (Al-An'am:71)
Imam Ibnu Katsir berkata, “Yang dimaksud dengan setan adalah para hantu ghoilan (jamak dari ghoul). Hantu tersebut memanggil-manggil orang yang sedang berada di tengah padang pasir dengan menyebut namanya, bapak dan kakeknya. Hingga orang tersebut mengikutinya. Dia menyangka akan mendapatkan kebaikan dengan mengikuti panggilan tersebut. Akan tetapi, ternyata hantu tersebut mencelakakan dirinya. Terkadang hantu tersebut memakan tubuhnya atau membuangnya di daerah yang asing, akibatnya orang tersebut binasa dalam keadaan kehausan.”
Sementara itu ada hadits dari Abi Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shollahu 'alaihi wassalam bersabda,

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا غُولَ

“Tidak ada penyakit menular, thiyarah, dan hantu Ghoul.” (Shahih Muslim no. 4119)
Sekilas ada anggapan hadits tersebut bertentangan dengan ayat yang disebut sebelumnya. Anggapan tersebut dimentahkan oleh penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Hasan, “Yang ditiadakan dalam hadits di atas bukan keberadaan hantunya, tetapi keyakinan orang Arab bahwa hantu tersebut bergentayangan lepas dari kekuasaan Allah. Sebenarnya hantu Ghoul tersebut tak mampu menyesatkan, jika seseorang berdzikir dan bertawakal penuh kepada Allah ta'ala.” (Fathul Majid hal.  373)

Setelah jelas bahwa dunia hantu memang nyata adanya, muncul pertanyaan baru; makhluk apakah hantu tersebut? Masyarakat kebanyakan beranggapan bahwa hantu yang bergentayangan di alam ini merupakan penjelmaan arwah orang jahat atau yang mati secara tidak wajar. Hantu, masih dalam anggapan sebagian masyarakat, adalah roh penasaran yang turun ke dunia. Ada pula masyarakat yang beranggapan bahwa roh manusia tertentu, setelah jasadnya meninggal, akan menjadi penunggu dan penguasa tempat-tempat tertentu seperti Nyi Roro Kidul, misalnya. Nyi yang disebut ratu ini dipercayai sebagai penguasa pantai laut selatan yang asal muasalnya, menurut mitos masyarakat kebanyakan, konon jelmaan putri raja yang menceburkan dirinya ke laut karena tidak mau dipaksa kawin dengan lelaki yang tidak dicintainya.
Timbulnya anggapan-anggapan tersebut di tengah masyarakat disebabkan banyak orang yang mengaku melihat rupa hantu dalam wujud orang yang telah meninggal atau melihat kejadian aneh setelah meninggalnya orang tertentu. Begitu pula banyak orang yang mengaku bertemu muka dengan Nyi Roro Kidul atau yang sejenisnya baik lewat mimpi atau di alam sadar. Berangkat dari sini kemudian muncul anggapan bahwa roh orang yang telah meninggal di dunia ini menjelma bisa menjelma baik dalam wujud hantu atau penguasa tempat-tempat tertentu yang dianggap 'angker'.

Menurut Ketetapan Syariat
Allah ta'ala mengabarkan di dalam al-Quran, begitu pula Rasulullah Shollahu 'alaihi wassalam mengabarkan di dalam banyak haditsnya bahwa setelah roh manusia keluar dari raganya mempunyai dua kemungkinan. Pertama bisa jadi dia berada dalam keluasan nikmat di alam yang tinggi, atau kedua mungkin akan berada di penjara adzab di dalam perut bumi. Dalam ayat yang lain Allah ta'ala mengabarkan bahwa setelah roh tercabut dari jasadnya akan berada di alam barzah dan tak akan bisa kembali lagi ke dunia sampai hari kiamat. Allah Subhanallahu wa ta'ala berfirman,

حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {*} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ


“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.  Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al-Mukminun:99-100)

Ada beberapa poin penafsiran yang terkandung di dalam ayat tersebut berdasarkan penjelasan para ulama ahli tafsir. Yaitu:
1)    Ayat di muka mengabarkan tentang kondisi orang-orang kafir dan orang-orang yang bergelimang dosa semasa hidupnya. Mereka memohon kepada Allah, agar roh mereka dikembalikan di dunia untuk melakukan amal yang shalih. Hal itu mereka lakukan di saat roh mereka hampir keluar dari raganya dan di saat roh mereka berada di alam kubur, dikarenakan mereka menyaksikan adzab yang mengerikan yang tak pernah dibayangkan.
2)    Allah Subhanallahu wa ta'ala tidak mengabulkan permohonan mereka.
3)    Setelah tercabut roh tersebut menghuni alam kubur. Pada alam tersebut terdapat barzakh (dinding yang kokoh) sehingga roh tersebut tidak bisa kembali ke alam dunia maupun ke alam akhirat. Kondisi di alam barzakh tersebut permanen sampai hari kiamat.

Ada beberapa faedah yang bisa kita petik dari ayat di muka, di antaranya bahwa keinginan roh untuk kembali ke dunia ditolak oleh Allah. Bahkan, berdasarkan dalil-dalil lain, Allah menegaskan bahwa roh-roh buruk tersebut berada di alam barzakh sampai hari kiamat. Karena itu mustahil jika ada roh yang bisa gentayangan di alam nyata ini, baik dalam bentuk hantu atau sebagai penunggu tempat-tempat tertentu. Allahlah Sang Pencipta roh, tentu dia pula yang lebih mengetahui tentang kondisinya.
Lagi pula apa kepentingan roh-roh tersebut hingga merasa perlu repot-repot menjadi hantu? Bukankah menakut-nakuti manusia justru akan semakin menambah dosa! Kenapa tidak memperbanyak amal shalih saja (kalau betul anggapan hantu adalah roh yang turun ke bumi), sebagaimana alasan yang telah dia kemukakan kepada Allah ketika ingin dikembalikan di dunia ini?
Menjadi gamblang bahwa para hantu dengan segala bentuknya, demit, dan siluman yang menjadi penunggu tempat-tempat tertentu asal muasalnya bukanlah jelmaan arwah orang-orang yang telah meninggal. Tidak ada seorang ulama pun yang mempunyai pendapat seperti itu, dari dulu hingga sekarang. Perlu diluruskan keyakinan sebagian masyarakat bahwasanya hantu yang bergentayangan merupakan jelmaan dari arwah yang penasaran.
Siapakah aktor sebenarnya di balik topeng rupa-rupa hantu itu? Syaikh Abdurrahman bin Hasan berkata, “Di antara dalil lain yang menguatkan tentang nyatanya perwujudan hantu adalah sabda Rasulullah,

لَا غُول وَلَكِنَّ السَّعَالِي سَحَرَةَ الجَنِّ

“Makhluk dari jenis hantu sendiri sebenarnya tidak ada, akan tetapi yang ada adalah perwujudan dari jin yaitu para tukang sihir dari kalangan jin.” (Shahih Muslim dengan Syarh Nawawi)
Syaikh Abdurrahman bin Hasan menambahkan, …artinya dari berbagai jenis jin terdapat tukang sihir yang mampu melakukan kamuflase dan mempengaruhi khayalan pikiran manusia. (Fathul Majid hal. 373)
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan sebuah atsar bahwasanya permasalahan hantu pernah disebut-sebut di hadapan Umar bin Khaththab. Ia kemudian berkata, “Sesungguhnya tak sesuatu pun mampu untuk berubah dari wujudnya yang asli sebagaimana diciptakan oleh Allah, akan tetapi bangsa jin memiliki sihir sebagaimana sihir kalian. Karena itu apabila kalian melihat hantu, maka kumandangkanlah adzan!” Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan atsar ini sanadnya sahih. (Fathul Bari VI/344)

Para ulama telah menjelaskan runutan terjadinya perwujudan hantu. Sebagai muslim tidak selayaknya mengingkari sesuatu yang memang nyata adanya, tetapi bukan untuk takut. Dengan dzikir kepada Allah hantu-hantu yang pada hakekatnya adalah jelmaan jin setan tersebut justru akan ketakutan.


Ditulis oleh Al-Ustadz Syamsuri dengan sedikit perubahan dari redaksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar