MERETAS KEBAHAGIAAN HIDUP
Tidak ada orang yang tidak ingin hidup bahagia di dunia. Tetapi sedikit yang mengetahui jalan
menuju kebahagiaan dunia yang sejati. Apalagi kebahagiaan di akherat kelak.
Islam sebenarnya telah membentangkan jalan menuju titik bahagia tersebut. Di antara sarana
untuk mereguk kebahagiaan tersebut adalah:
1. Mendulang ilmu
Allah berfirman,
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Ali Imran: 18)
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah inginkan untuk mendapatkan kebaikan, Allah pahamkan tentang agama.”
(Shahih al-Bukhari no. 69 dan Shahih Muslim no. 1038)
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan
jalannya menuju surga.” (Sunan al-Tirmidzi no. 2570)
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar
dan dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Dan barangsiapa mengambil warisan tersebut berarti
dia telah mengambil bagiannya yang terbanyak.” (Sunan al-Tirmidzi no. 2606)
2. Memanfaatkan waktu luang dan kesehatan
Keduanya adalah anugerah dari Allah, sehingga tidak sepantasnya tidak dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَالْعَصْرِ {1} إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}
“Demi masa. Sesungguhnya seluruh manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shalih dan orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
(Al-‘Ashr: 1-3)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kalian menuju pengampunan Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya (seluas)
langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali ‘Imran: 133)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Termasuk kebagusan agama seseorang yaitu dia meninggalkan segala yang tidak bermanfaat.”
(Sunan al-Tirmidzi no. 2239 dan Sunan Ibnu Majah no. 3966)
Ibnu Abbas h berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang kebanyakan orang melalaikannya: Nikmat sehat dan waktu luang.” (Shahih al-
Bukhari no. 5933)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga
bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai dari pada mukmin yang lemah, akan tetapi setiap
(dari mukmin yang kuat dan lemah) memiliki kebaikan, bersemangatlah untuk melakukan segala yang
bermanfaat buatmu dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan bermalas-malasan.” (Shahih Muslim
no. 4816)
Dari Abi Bazrah al-Aslami Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya
di mana dihabiskan, tentang ilmunya apa yang diperbuat, tentang hartanya dari mana dia peroleh
dan ke mana dia pergunakan dan tentang jasadnya di mana dia hancurkan.” (Sunan al-Tirmidzi no.
2341)
3. Berhias dengan akhlak mulia
Hal ini bisa diperhatikan dalam pengajaran Luqman kepada anaknya. Hingga namanya diabadikan
menjadi nama sebuah surat dalam al-Quran. Petuahnya terekam dalam al-Quran surat Luqman ayat ke
12 hingga 19.
Nasihat Indah Ibnul Qayyim
Barangsiapa tidak mengenal dirinya bagaimana mampu untuk mengenal penciptanya. Ingat, Allah
telah menciptakan di dadamu sebuah rumah. Itulah hati. Allah juga telah meletakkan di dadamu
singgasana untuk mengenal Allah yang keagungan-Nya beristiwa` padanya dan Allah dengan dzatnya
istiwa` di atas ‘Arsy-Nya, berbeda dengan makhluk-Nya. Bagi Allah perumpamaan yang tinggi dalam
mengetahui-Nya, mencintai-Nya, dan mentauhidkan-Nya beristiwa’ di atas ranjang hati, dan
ranjang permadani ridha. Allah letakkan di sebelah kanan dan kirinya para penjaga syariat-Nya
dan pernitah-perintah-Nya. Allah membukakan pintu menuju surga rahmat-Nya, tenteram bersama-Nya
dan benar-benar berharap ingin berjumpa dengan-Nya.
Allah telah menurunkan hujan dengan siraman firman-firman-Nya yang dengannya tumbuh wewangian
dan pepohonan yang berbuah segala bentuk ketaatan seperti bertahlil,
bertasbih, bertahmid dan menyucikan Allah. Allah menjadikan di tengah-tengah kebun tersebut
pohon pengetahuan yang memberikan buah sepanjang masa dengan seizin dari Rabbnya berupa cinta,
bertobat, takut, bergembira, dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Allah mengalirkan dari
pepohonnan tersebut apa yang akan menyiraminya berupa penggalian firman-firman-Nya,
memahaminya, dan mengamalkan segala wasiat-Nya. Dan Allah menggantungkan di dalam persinggahan
tersebut lentera yang meneranginya dengan cahaya pengetahuan, keimanan dan tauhid.
Lentera itu berangkai dari pohon yang diberkahi dan mengandung minyak yang tidak diketahui
ujung timur dan baratnya, hampir-hampir minyaknya akan menerangi walaupun tidak disentuh api.
Kemudian Allah melingkarinya dengan pagar yang mencegah masuknya segala hama perusak.
Barangsiapa mengganggu kebun, niscaya mereka tidak akan sanggup, Allah meletakkan malaikat
penjaga yang akan menjaganya baik di waktu dia tertidur ataupun terjaga.
Kemudian Allah mengingatkan pemilik kebun dan rumah tersebut tinggal di dalamnya dan selalu
membersihkan tempat tinggalnya serta segala apa yang akan mengotorinya agar penghuninya senang.
Ketika dia merasakan ada sesuatu yang mengotorinya dia berusaha untuk membersihkannya karena
khawatir jika yang menempatinya itu enggan tinggal. Aduhai betapa nikmatnya orang yang tinggal
di dalamnya dan tempat tinggal tersebut.” (Al-Fawa`id hal. 190)
Sember : Fatawa PP Islamic Centre Bin Baz
Tidak ada orang yang tidak ingin hidup bahagia di dunia. Tetapi sedikit yang mengetahui jalan
menuju kebahagiaan dunia yang sejati. Apalagi kebahagiaan di akherat kelak.
Islam sebenarnya telah membentangkan jalan menuju titik bahagia tersebut. Di antara sarana
untuk mereguk kebahagiaan tersebut adalah:
1. Mendulang ilmu
Allah berfirman,
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Ali Imran: 18)
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah inginkan untuk mendapatkan kebaikan, Allah pahamkan tentang agama.”
(Shahih al-Bukhari no. 69 dan Shahih Muslim no. 1038)
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan
jalannya menuju surga.” (Sunan al-Tirmidzi no. 2570)
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar
dan dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Dan barangsiapa mengambil warisan tersebut berarti
dia telah mengambil bagiannya yang terbanyak.” (Sunan al-Tirmidzi no. 2606)
2. Memanfaatkan waktu luang dan kesehatan
Keduanya adalah anugerah dari Allah, sehingga tidak sepantasnya tidak dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَالْعَصْرِ {1} إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}
“Demi masa. Sesungguhnya seluruh manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shalih dan orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
(Al-‘Ashr: 1-3)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kalian menuju pengampunan Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya (seluas)
langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali ‘Imran: 133)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Termasuk kebagusan agama seseorang yaitu dia meninggalkan segala yang tidak bermanfaat.”
(Sunan al-Tirmidzi no. 2239 dan Sunan Ibnu Majah no. 3966)
Ibnu Abbas h berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang kebanyakan orang melalaikannya: Nikmat sehat dan waktu luang.” (Shahih al-
Bukhari no. 5933)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga
bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai dari pada mukmin yang lemah, akan tetapi setiap
(dari mukmin yang kuat dan lemah) memiliki kebaikan, bersemangatlah untuk melakukan segala yang
bermanfaat buatmu dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan bermalas-malasan.” (Shahih Muslim
no. 4816)
Dari Abi Bazrah al-Aslami Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya
di mana dihabiskan, tentang ilmunya apa yang diperbuat, tentang hartanya dari mana dia peroleh
dan ke mana dia pergunakan dan tentang jasadnya di mana dia hancurkan.” (Sunan al-Tirmidzi no.
2341)
3. Berhias dengan akhlak mulia
Hal ini bisa diperhatikan dalam pengajaran Luqman kepada anaknya. Hingga namanya diabadikan
menjadi nama sebuah surat dalam al-Quran. Petuahnya terekam dalam al-Quran surat Luqman ayat ke
12 hingga 19.
Nasihat Indah Ibnul Qayyim
Barangsiapa tidak mengenal dirinya bagaimana mampu untuk mengenal penciptanya. Ingat, Allah
telah menciptakan di dadamu sebuah rumah. Itulah hati. Allah juga telah meletakkan di dadamu
singgasana untuk mengenal Allah yang keagungan-Nya beristiwa` padanya dan Allah dengan dzatnya
istiwa` di atas ‘Arsy-Nya, berbeda dengan makhluk-Nya. Bagi Allah perumpamaan yang tinggi dalam
mengetahui-Nya, mencintai-Nya, dan mentauhidkan-Nya beristiwa’ di atas ranjang hati, dan
ranjang permadani ridha. Allah letakkan di sebelah kanan dan kirinya para penjaga syariat-Nya
dan pernitah-perintah-Nya. Allah membukakan pintu menuju surga rahmat-Nya, tenteram bersama-Nya
dan benar-benar berharap ingin berjumpa dengan-Nya.
Allah telah menurunkan hujan dengan siraman firman-firman-Nya yang dengannya tumbuh wewangian
dan pepohonan yang berbuah segala bentuk ketaatan seperti bertahlil,
bertasbih, bertahmid dan menyucikan Allah. Allah menjadikan di tengah-tengah kebun tersebut
pohon pengetahuan yang memberikan buah sepanjang masa dengan seizin dari Rabbnya berupa cinta,
bertobat, takut, bergembira, dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Allah mengalirkan dari
pepohonnan tersebut apa yang akan menyiraminya berupa penggalian firman-firman-Nya,
memahaminya, dan mengamalkan segala wasiat-Nya. Dan Allah menggantungkan di dalam persinggahan
tersebut lentera yang meneranginya dengan cahaya pengetahuan, keimanan dan tauhid.
Lentera itu berangkai dari pohon yang diberkahi dan mengandung minyak yang tidak diketahui
ujung timur dan baratnya, hampir-hampir minyaknya akan menerangi walaupun tidak disentuh api.
Kemudian Allah melingkarinya dengan pagar yang mencegah masuknya segala hama perusak.
Barangsiapa mengganggu kebun, niscaya mereka tidak akan sanggup, Allah meletakkan malaikat
penjaga yang akan menjaganya baik di waktu dia tertidur ataupun terjaga.
Kemudian Allah mengingatkan pemilik kebun dan rumah tersebut tinggal di dalamnya dan selalu
membersihkan tempat tinggalnya serta segala apa yang akan mengotorinya agar penghuninya senang.
Ketika dia merasakan ada sesuatu yang mengotorinya dia berusaha untuk membersihkannya karena
khawatir jika yang menempatinya itu enggan tinggal. Aduhai betapa nikmatnya orang yang tinggal
di dalamnya dan tempat tinggal tersebut.” (Al-Fawa`id hal. 190)
Sember : Fatawa PP Islamic Centre Bin Baz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar