Mencoba Jadi Dermawan

Mencoba Jadi Dermawan
Seorang perempuan renta dengan jalan tertatih. Mulut peotnya yang dihiasi oleh sepasang mata rabun berucap, “Pak, tolong kasihani aku…”
Paling tidak seratus keluar (tidak perlu beripikir seratus ribu dahulu) rupiah sekadar untuk obat kecewa. Ibu tua pun akan bersyukur, toh 100 kali 1000 ketemunya juga seratus ribu. Namun, ternyata pria gagah tidak bergeming. “Ah, anaknya juga ngapain, orang tua begini dibiarkan berkeliaran!” ujarnya kesal seakan membela ibu tua, tanpa tangannya bergerak merogoh kocek, untuk 100 rupiah sekalipun.

Sifat Mulia Seorang Mukmin

Meminta-minta memang bukan perilaku terpuji, tepatnya tercela. Namun peringatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini bukan untuk mengerem sifat memberi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memang tidak suka meminta-minta, namun dia memberi kepada orang yang meminta. Sering salah tempat, kita menempatkan celaan terhadap peminta-minta untuk membenarkan sikap bakhil.
Salah satu sifat orang yang beriman adalah dermawan. Dia menyalurkan hartanya untuk dirinya, istri, dan anak-anak. Masih pula menyempatkan untuk berinfak kepada fakir miskin, anak-anak yatim, dan semua yang membutuhkan pertolongan. Allah "Azza wa jalla berfirman,

يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَآأَنفَقْتُم مِّن خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرِبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنَ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمُُ {215}

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’ Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah maha mengetahuinya.’” (Al-Baqarah:215)

Betapa banyak dorongan untuk berinfak yang tertulis dalam mush-haf yang dibaca oleh kebanyakan kita. Infak ada yang bersifat wajib dan ada yang sunah. Yang wajib seperti: menunaikan zakat, nadzar, dan memberi nafkah kepada keluarga, anak, dan orang-tua. Yang sunah, yakni yang setiap muslim dianjurkan melaksanakannya, seperti: ikut andil dalam kegiatan-kegiatan bakti sosial yang bermanfaat bagi orang lain dan bersedekah untuk kepentingan umum.
Menginfakkan harta adalah salah satu sifat penghuni surga dan merupakan ciri orang bertakwa. Allah Tabaaraka wa ta'ala berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ { 133} الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (Ali Imran:133-134)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengarahkan perhatian umatnya agar melihat keuntungan berinfak dan kerugian sifat kikir, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu,

«مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا»

“Setiap hari ketika umat manusia memasuki waktu pagi, senantiasa ada dua malaikat turun. Salah satu dari keduanya akan berkata, ‘Ya Allah, karuniakanlah ganti kepada orang yang berinfak.’ Dan malaikat yang satu lagi akan berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kerugian kepada orang yang tidak mau berinfak.’” ( Shahih al-Bukhari  Kitab Zakat no. 1374.)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sedekah tidaklah mengurangi harta pemiliknya, sebagaimana sabda beliau,

«مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ رَجُلاً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ»

“Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah seseorang bertambah rasa pemaafnya kecuali bertambah mulia, dan tidaklah seseorang merendahkan diri kepada Allah melainkan akan Allah angkat derajatnya.”  ( Sunan al-Tirmidzi no. 2029. Dia berkata, “Hadist ini hasan sahih.”)

Allah Subhanahu wa ta'ala juga menjanjikan balasan bagi orang-orang yang berinfak berupa pahala berlipat ganda ,

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ {261}

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261)
Berinfak menunjukkan kemurahan hati, kebenaran iman, dan besarnya kepercayaan pelakunya pada apa yang ada di sisi Allah. Amal-amal kebaikan merupakan salah satu sebab untuk mendapatkan keridhaan Allah. Dan tidak ada sesuatu pun yang sia-sia di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman-Nya,

وَمَآأَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ {39}

“Dan barang apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’:39)
Firman-Nya yang lain,

وَمَاتُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلأَنفُسِكُمْ وَمَاتُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَآءَ وَجْهِ اللهِ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ {272}

“Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu menginfakkan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Al-Baqarah:272)

Ayat ini menunjukkan anjuran bersedekah kepada siapa pun yang menerimanya, apa pun agamanya, apakah dia mustahiq (orang yang berhak menerima) atau bukan, baik atau buruk, maka sang pemberi infak tetap saja mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ketika seorang lelaki sedang berjalan di suatu jalan dia merasa sangat kehausan. Ketika mendapatkan sebuah sumur, dia turun ke dalam sumur tersebut untuk minum. Ketika keluar dari sumur, didapatinya seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya menjilat-jilat tanah basah karena kehausan. Lelaki tersebut berkata di dalam hatinya, ‘Anjing ini kehausan seperti yang aku rasakan.’ Kemudian dia turun kembali ke dalam sumur, dan mengisi sepatunya dengan air. Ia naik sambil membawa sepatu tersebut dengan menggigitnya kemudian memberi minum anjing. Melihat hal itu, Allah berterima kasih kepadanya dengan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala karena sebab hewan seperti ini?’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  menjawab,

«فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ»

‘Untuk setiap memberi minum yang mempunyai nyawa ada pahalanya.’”  ( Shahih al-Bukhari   no. 2234, 2334, & 5663 dan Shahih Muslim  2244.)

PINTU MASUK JADI DERMAWAN

Untuk menjadi dermawan banyak jalannya, semuanya berawal dari pintu-pintu kebajikan yang bertebaran dalam lingkungan sosial. Di  antaranya:
Memberi nafkah kepada kedua orang tua, anak, dan istri. Menjaga kehormatan mereka dan mencukupi kebutuhan mereka, sebagaimana hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

«دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ»

“Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar untuk membebaskan budak, satu dinar untuk orang miskin, dan satu dinar untuk nafkah keluarga, maka yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” ( Shahih Muslim  no. 995.)
Santunan terhadap anak yatim. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda mengenai orang yang menyantuni anak-anak yatim,

«وَأَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا» وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

“Aku dan penyantun anak yatim di surga seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan keduanya.  ( Shahih al-Bukhari  no. 4998 & 5659.)
Menolong orang yang mempunyai hajat dan membutuhkan bantuan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا؛ نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ؛ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا؛ سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ»

“Barangsiapa melepaskan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melepaskannya dari kesusahan di akhirat. Barangsiapa meringankan kesusahan orang yang susah, Allah akan meringankan baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup aib saudaranya sesama muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.”  ( Shahih Muslim  no. 2699.)
Bersedekah walaupun dengan sesuatu yang sedikit, dan kalau tidak mendapatkan sesuatu yang bisa disedekahkan, maka dengan kalimat yang baik,

«مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ؛ فَلْيَفْعَلْ»

“Siapa pun di antara kalian yang mampu membuat penghalang (bagi dirinya) dari azab neraka walaupun hanya dengan sebelah buah kurma, maka hendaknya dia lakukan.” ( Shahih Muslim no. 1016.)

Berusaha menolong orang-orang miskin dan janda-janda dengan mengusahakan apa yang bisa menutupi kebutuhan mereka, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Ta'ala 'anhu",

«السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» وَأَحْسِبُهُ قَالَ: «وَكَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ»

“Orang yang berusaha untuk membantu para janda dan orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah.” Dan saya ( Namanya Qa’nabi dalam Shahih al-Bukhari .) rasa beliau berkata, “Dan seperti orang yang shalat sepanjang malam, dan seperti orang yang berpuasa tanpa berhenti.” ( Shahih al-Bukhari   no. 5661dan Shahih Muslim no. 2982.)

Dengan memasuki pintu-pintu kedermawanan tersebut kita akan menapaki jalan murah hati. Ketekunan dalam menjalaninya akan menempa seseorang menjadi seorang dermawan yang mukhlis, tidak berharap kecuali pahala dan ridha Allåh. Sungguh sayang kalau seseorang menampakkan sifat kedermawanan sekadar untuk mencari simpati atau sebatas kepada orang yang memberi budi.
Disadur ulang dari terjemahan al-Uastadz Muhammad N Abu Saad, MA dari Ushul al-Manhaj al-Islami” karya Syaikh Abdurrahman bin Abdul Karim al-Ubaid halaman 523-527.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar