Rabu, 25 Maret 2015

Saling Membantu dalam Mengerjakan Ketaatan Ada kalanya seorang suami atau istri merasa ada kehampaan atau sesuatu yang “hambar” dalam rumah tangganya. Kadang-kadang hal itu bisa mempengaruhi kualitas keharmonisan rumah tangga. Salah satu penyebabnya adalah karena pasutri sedang dalam keadaan futur dan jauh dari Allah. Karena itu, hal itu harus segera diperbaiki dengan bersama-sama bangkit untuk melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Di antara faktor paling dominan untuk melanggengkan kehidupan rumah tangga adalah jika di anatara suami istri saling bekerja sama dan saling membantu di dalam mengerjakan ketaatan, serta menjadikan waktu khusus yang digunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala secara bersama-sama. Misalnya keduanya mengkhususkan waktu untuk membaca Al-Quran. Yang dimaksud di sini bukan menyiapkan waktu tertentu, akan tetapi adanya kesepakatan antara keduanya untuk duduk bersama dalam rangka membaca kitab Allah Subhanahu wa ta'ala kapan saja, pada saat keduanya dalam keadaan luang dari tugas dan pekerjaan masing-masing. Bisa pula, di antara keduanya membangunkan yang lain untuk mengerjakan shalat malam untuk mencari ridha Allah Subhanahu wa ta'ala. Percayalah, hal seperti itu akan menambah kecintaan di antara keduanya, dan Allah akan memberkahi kehidupan rumah tangga mereka serta menjadikannya penuh dengan kebahagiaan. Ini baru di dunia. Sedangkan di akhirat nanti, insyaallah juga akan mendapatkan sebaik-baik pahala. Rasulullah e bersabda, “Sesungguhnya seorang laki-laki itu membangunkan istrinya di malam hari, lalu keduanya menjalankan shalat dua rakaat, maka keduanya ditulis sebagai bagian dari golongan kaum lakilaki dan kaum perempuan yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.” (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim) Disebutkan pula bahwa beliau e bersabda, “Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di malam hari, lalu ia membangunkan istrinya. Jika sang istri enggan, maka ia memercikkan air ke wajahnya. Demikian juga, semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di malam hari, lalu ia membangunkan suaminya. Jika sang suami enggan, maka ia memercikkan air ke wajahnya. (Riwayat Abu Dawud, Al-Nasai, Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) Maka bersegeralah untuk saling membantu dalam hal ketaatan. Ajak dan motivasilah pasangan kita untuk melakukan amal dan ketaatan kepada Allah, misalnya memperbanyak sedekah, shalat sunnah dan membaca Al-Quran, serta berusaha istiqamah dalam menjalankannya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Dia menyuruh keluarganya untuk mngerjakan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya.” (Maryam: 55) Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (Al-Tahrim: 6) Seorang muslim pertama-tama dituntut agar memperbaiki dirinya dan menjaga jiwanya dari neraka, kemudian menyeru orang lain, sedangkan manusia yang paling berhak untuk diseru adalah keluarga sendiri. Ini berkenaan dengan masalah-masalah yang wajib. Namun, suami yang shalih tentu tidak hanya membatasi diri pada amalan yang wajib-wajib saja, akan tetapi juga memberi nasihat kepada keluarganya untuk mengerjakan amalan-amalan sunnah. Nabi Muhammad e suatu ketika berjalan melewati rumah putrinya, Fathimah. Lalu, beliau mengetuk pintu rumahnya di malam hari, sedangkan ia bersama suaminya, Ali sedang tidur, kemudian beliau bersabda, “Mengapa kalian berdua tidak mengerjakan shalat?” (Riwayat Bukhari) Di sini, beliau menasihatkan kepada keduanya agar mengerjakan shalat sunnah dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya terbatas pada amalan yang wajib saja. Selain saling memotivasi dalam mengerjakan ketaatan, masing-masing suami istri juga harus giat dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Nabi e bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (Riwayat Thabrani dan Baihaqi, disahihkan oleh Al-Albani) Menuntut ilmu juga bisa memudahkan jalan menuju surga, sebagaimana sabda Rasulullah e, “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (Riwayat Muslim) Memudahkan jalan menuju surga, berarti juga memudahkan jalan menuju kebahagiaan. Lalu, apa hubungan menuntut ilmu dengan keharmonisan rumah tangga? Tentu saja hubungannya sangat erat, karena dalam berumah tangga juga diperlukan ilmu. Bukankah masing-masing suami istri harus mengerti hak dan kewajibannya? Hal itu tidak akan diketahui tanpa ilmu. Demikian pula dalam menjalankan ibadah dan ketaatan pada Allah diperlukan ilmu, juga dalam mendidik anak-anak. Mencari ilmu bisa dilakukan dengan menghadiri majelis taklim, kajian keluarga, membaca buku-buku islami bermanhaj shahih, atau dengan mendengarkan ceramah para ustadz melalui VCD, yang saat ini telah cukup banyak beredar. Akan tetapi, dari berbagai cara itu, ambillah ilmu yang bersumber dari Islam yang murni, mengikuti yang didakwahkan Rasulullah e dan para sahabatnya. Semoga ketaatan kita kepada Allah dan semangat kita dalam menuntut ilmu bisa mendatangkan berkah dan menambah keharmonisan dalam keluarga kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar